Roket AMQ Jadi Bintang di LAPAN  

Diposting oleh AGUS NURUL KOMARUDIN




AKHIR Agustus lalu, merupakan hari kehormatan bagi anak-anak Ekskul Penalaran AMQ. Ekskul yang menaungi empat departemen ini, yakni KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), Jurnalistik, Science Club, dan Kewirausahaan, mendapat undangan khusus dari Himastron ITB dan Komunitas Astronom Langit Selatan untuk presentasi dan pameran dalam acara bergengsi.
Acaranya bertajuk Southern Sky Astronomy Gathering: Star Party 2007. Diacara ini kumpul para ilmuwan dan pecinta perbintangan plus angkasa luar , serta para astronom muda se Indonesia.
Kesempatan itupun tak dilewatkan. Maka anak-anak Penalaran dari Departemen Scince Club plus KIR merapatkan barisan. Awalnya agak ragu juga. Sebab AMQ diminta prosentase Roket dan Keastronomian disandingkan dengan komunitas astronomi dari para astronom muda, mahasiswa jurusan fisika, dan juga guru-guru Pembina olimpiade. Pokonya kebayang, gimana githu. Rada-rada nggak PeDe.
Untunglah anak-anak AMQ teringat yel-yel khas AMQ. YES !!!! Yakin, Eksis, Sukses. Yel inipun jadi energi. Maka, Sabtu pagi (25/8) meluncurlah 10 siswa AMQ dibimbing langsung ama Wakasek Kesiswaan ke tempat Star Party di Stasiun Pengamat Dirgantara LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Pamulihan, Sumedang.
Rombongan AMQ nyampe pas acara dimulai
Gongggg .. dengan bunyi gong yang dipukul oleh Bpk. Thomas Djamaluddin dari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), maka secara resmi kegiatan SSAG 2007 (Southern Sky Astronomy Gathering/Temu Astronomi Indonesia) pun dibuka.
Kegiatan yang untuk pertama kalinya dilakukan secara nasional ini dihadiri oleh kurang lebih 130 peserta dari penjuru Indonesia. Peserta terjauh datang dari Ternate.
Kegiatan dimulai pada siang hari dengan menghadirkan berbagai kalangan penggemar astronomi se-Indonesia.
Karena pada siang hari tentu saja tidak ada bintang, maka sebagai pemanasan (di hari yang panas), kegiatan diawali dengan bincang-bincang dan tukar-pikiran dari berbagai komunitas/individu penggemar astronomi yang ada di Indonesia.
Diawali teman-teman (kakak-kakak) dari HAAJ Planetarium Jakarta, Langit Selatan, UPI Bandung, Fisika Undip, terus….. giliran AMQ. Untuk sesi perkenalan ini, AMQ diwakili Pak In In Kadarsolihin selaku Pembina KIR Al Muttaqin.
Semakin siang, kegiatan menjadi sangat meriah, karena yang datang tidak hanya orang-orang dewasa dengan wajah-wajah serius, tetapi juga anak-anak dengan keceriannya!
Selain itu, beberapa dosen dari Program Studi Astronomi, sebagai perwakilan dari astronom profesional juga berbagi informasi tentang potensi pengembangan astronomi amatir di Indonesia, oleh Bpk. Dr. Hakim Malasan; serta upaya untuk memberi kesempatan belajar pengetahuan astronomi bagi anak-anak yang tidak beruntung melalui program UnAwe (Universal Awarness), oleh Ibu. Premana W. Premadi PhD.
Tetapi tidak hanya sekedar bincang-bincang, kegiatan siang hari diramaikan oleh demonstrasi peluncuran roket air oleh SMU Al-Mutaqin Tasikmalaya. Wahh .. roket meluncur tetapi mempergunakan pendorong dari air? Bahkan roketnya terbuat dari kemasan botol air minum mineral. Menarik!!
Roket air AMQ betul-betul jadi bintang. Tim peluncur roket AMQ Wegan, Ilham, Ihsan, Kevin, en Miftah sempat kebingungan juga. Mereka banyak dikerebuti. Bukan hanya anak-anak SMA yang hadir, tetapi juga para mahasiswa serta para dosen ITB. Bahkan Pak Bambang, Deputi 1 Menristek RI sempat moto-moto roket buatan anak AMQ.
“Sangat menarik kreativitas anak anak AMQ. Merupakan model pembelajaran yang bisa menumbuhkan kecintaan pada sains dari hal-hal yang sederhana,” komentar Bapak Dr. Hakim L Malasa, astronom lulusan Universitas Tokyo Jepang.
Jika siang hari, apakah semua bintang tidak kelihatan? Jawabannya tidak semua! Ada satu bintang yang kelihatan sangat terang di siang hari, yaitu: Matahari! Maka, disiang itu juga semua peserta berkesempatan untuk melihat bintang yang menjadi sahabat kita semua. Ah, seperti itu rupanya wajah Matahari kita, pikir adik kecil kita yang sedang mengintip Matahari.
Di samping itu, adik-adik kecil juga diberi kesempatan untuk berkreasi dan berkarya dalam membuat berbagai bentuk origami yang bercorak astronomi.
Dan, malampun tiba. Semua bersemangat, waktunya mengamat!! Horee .. tetapi, langit mendung. Bagaimana dong? Kendati langit mendung, tetapi bukan berarti akhir segalanya.
Teleskop tetap dipasang, kegiatan tetap berlanjut, dari adanya gerai kriya (workshop) pengamatan dan fotografi astronomi, planetarium mungil. Tidak hanya itu, semendung-mendungnya langit, masih ada bulan! Dengan demikian, kita masih bisa menikmati pemandangan bulan yang melalui layar televisi, bahkan bagi yang berkeinginan belajar fotografi, bisa berkesempatan belajar memotret bulan.
Bahkan mendung pun bisa mengajak kita belajar hal yang lain. Bulan Agustus seharusnya masuk dalam musim kemarau? Jika musim kemarau, biasanya tidak banyak awan, tetapi kenapa harus terjadi mendung? Maka, kita diajak untuk berpikir, bahwa terjadi sesuatu di dalam atmosfer Bumi ini yang menyebabkan adanya perubahan ini? Atau sebab dari luar angkasa? Kenapa bisa begitu? Apakah perubahan iklim ini terjadi dalam kaitannya dengan pemanasan global? Kalau ada hubungannya dengan pemanasan global, bagaimana kita berperanan dalam menyumbang atau menguranginya? Semakin banyak yang bisa kita kaji, mungkin bukan disini tempatnya mencari jawab, tetapi jika mau belajar, maka ini adalah PR kita bersama.
Malam berlalu, semua lelah dan sebagian pergi ke tenda-tenda untuk tidur, atau kembali ke penginapan masing-masing. Semuanya? Sepertinya tidak. Pukul 3 dini hari sebagian peserta kembali bangun dan ikut menikmati indahnya Mars, Orion dan Pleiades, bahkan menjelang terbitnya sang fajar peserta kembali bisa menikmati Venus yang sedang sabit dan kemudian dilanjutkan dengan pengamatan Matahari terbit. Dan akhirnya, Matahari pun bersinar kembali. Wah, ternyata sudah hari Minggu.
Waktunya pulang? Belumm .. kegembiraan belum usai. Pagi adalah waktunya yang tepat untuk kembali ke alam. Sebagian peserta yang masih bersemangat ikut serta jalan-jalan menikmati indahnya alam pedesaan, ahh .. segarnya alam pedesaan, ayoo balapan ….
Tidak hanya itu, peserta juga berkesempatan mampir ke pabrik tahu sumedang! Siapa yang tidak kenal tahu Sumedang? Dan, waktu pun berlalu, akhirnya acara juga harus sampai pada akhir. Mumpung lagi ke Sumedang, maka rombongan AMQ meluncur ke Kampus Unpad Jatinangor dilanjut ke ITB.***

Gerakan Intifadah  

Diposting oleh AGUS NURUL KOMARUDIN

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei Ahad 1 Oktober kamarin menegaskan bahwa Republik Islam Iran mendukung penuh hak bangsa Palestina. Saat ditemui sejumlah pejabat Gerakan Perlawanan Islam Palestina (HAMAS) Rahbar menegaskan bahwa gerakan rakyat Palestina belakangan ini membuktikan kesadaran generasi muda Palestina dan berlanjutnya intifadah. Infidah adalah gerakan kebangkitan rakyat Palestina yang bergolak melawan kaum Zionis di dalam Palestina pendudukan sejak kasus pembunuhan sejumlah warga Palestina oleh orang-orang Zionis pada 1987.
Gerakan intifadah yang juga disebut-sebut sebagai ‘revolusi batu’ terlaksana dalam bentuk demo ke jalan-jalan oleh para pemuda Palestina serta serangan mereka terhadap tentara Israel dengan melemparkan batu. Gerakan ini terilhami oleh peristiwa kemenangan revolusi Islam di Iran. Karena apa adanya, gerakan ini cepat merebak di kalangan pemuda Palestina yang sudah dilumuri kebencian kepada Rezim Penjajah Israel. Intifadah terus merebak sementara para pemimpin Israel dan bahkan para pemimpin PLO sendiri yang sangat permisif di depan Israel tidak tahu persis esensi gerakan rakyat ini. Karena itu mereka pasif menyaksikan intifadah. Tak lama setelah bangkitnya gerakan intifadah, bermulalah proses perdamaian antara PLO dan Tel Aviv yang awalnya dilakukan secara terselubung kemudian ditampilkan secara terbuka di Oslo pada tahun 1993. Proses ini menguatkan dominasi rezim Zionis sementara pemerintahan Yaser Arafat yang sebenarnya rapuh rela diserahi bagian yang sangat kecil dari bumi Palestina. Berbeda dengan Arafat dan kroninya, rakyat Palestina tetap menginginkan pembebasan Palestina secara keseluruhan, terutama Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsha, dari cengkraman Zionis.
Di lain pihak, rezim Tel Aviv sama sekali tidak menunjukkan komitmennya kepada janji-janjinya sendiri kendati sangat terbatas dalam masalah berdirinya negara Palestina merdeka. Sebabnya, menurut penegasan Rahbar saat ditemui para pimpinan HAMAS, justru dengan cara ini kaum Zionis ingin menggertak dan mamadamkan harapan bangsa Palestina.
Kedatangan Ariel Sharon, Pemimpin Partai Likud di Israel, ke Masjidil Aqsha yang merupakan tempat suci umat Islam Kamis 28 September lalu dinilai para pengamat sebagai upaya kaum Zionis memperlihatkan dominasi mereka terhadap Baitul Maqdis agar rakyat Palestina frustasi dalam masalah pembentukan negara merdeka Palestina. Sebab, dengan begitu rakyat Palestina akan beranggapan sedemikian kuatnya kaum Zionis sehingga bisa memasuki wilayah suci yang bukan hak mereka. Namun, tak seperti yang diharapkan kaum Zionis semisal Ariel Sharol yang berlumuran dosa dalam kasus pembunuhan massal di kamp pengungsi Sabra dan Shatila, Lebanon, pada tahun 1982, tindakan mereka justru membangkitkan gerakan intifadah baru. Rahbar menegaskan, gerakan intifadah baru yang dalam empat hari terakhir telah mempersembahkan jiwa 35 syuhada dan lukanya ratusan rakyat Palestina lainnya demi cita-cita Palestina tidak akan terpadamkan oleh gertakan dan peluru kaum Zionis, dan suatu saat nanti bumi Palestina akan kembali ke pangkuan bangsa Palestina.